image

INDONESIA – FINLANDIA TANDATANGANI KERJASAMA EEP

image
Pemerintah Indonesia-Finlandia menandatangani kerjasama bilateral dalam rangka mempromosikan energi baru terbarukan, efisiensi energi, dan investasi teknologi bersih di Indonesia.

Perjanjian ditandatangani oleh Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE), Luluk Sumiarso dengan Duta Besar Finlandia Kai Sauer.

Program kerjasama ini disebut Energy and Environment Partnership (EEP) yang bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengurangi dampak perubahan iklim dengan menyediakan energi yang modern, dapat diakses, dan dapat diandalkan di daerah pedesaan serta dalam penggunaannya di sektor industri.

GLOBAL WARMING PICU MAHALNYA CABE

Mengapa harga cabe di sejumlah pasar di tanah air melonjak tajam?.  Bahkan di pasar Ciwidey, salah satu daerah yang menjadi sentra sayuran, harga cabe melonjak hingga 120 ribu per kilo.  Mungkinkah lonjakan harga cabe kali ini akibat ulah spekulan yang mencoba meraup untung?  Atau karena ada sebab lain?  Jawabannya menarik dicarikan.

isi berita selengkapnya silahkan klik judul dibawah ini :

GLOBAL WARMING PICU MAHALNYA CABE.

POS PAM PT TIMAH (Persero) Tbk, DIBAKAR WARGA

Pos Pam (pos pengamanan) PT Timah (persero)Tbk di Desa Sidoharjo, Kecamatan Air Gegas (Batu Betumpang), Kabupaten Bangka Selatan, di bakar warga.  Dikarenakan adanya kekecewaan beberapa  anggota masyarakat Desa Nyelanding terhadap upaya penertiban kolektor timah.

Padahal 3 hari sebelum kejadian, tepatnya, hari Rabu  (6/10) lalu, pihak Pengamanan Perseroan bersama dengan pihak Wasprod Bangka Selatan baru saja melakukan sosialisasi pengamanan bijih timah dengan masyarakat setempat”, kata Kamumas PT Timah (Persero) Tbk, Wirtsa Firdaus.

Kondisi lokasi kejadian, saat dilakukannya sosialisasi tersebut sangat kondusif. Bahkan “pada hari Kamis (7/10), Kepala Pengamanan Perseroan pun, baru saja mengunjungi lokasi, dan tidak terjadi apa-apa,” imbuh Wirtsa.

Pos Pam memang ditempatkan di daerah yang menjadi salah satu daerah pertambangan PT Timah (Persero) Tbk tersebut.  Hal itu dimaksudkan untuk mengawasi aktivitas penambangan yang rutin dilakukan.

Saat kejadian.  Pada hari Jum’at (8/10), sekitar pukul 15.00 ada kurang lebih 26 orang tenaga pengamanan yang berada di Pos Pam, termasuk  Wastam, Asisten Wastam dan Pemeriksa TSK.   Saat itu memang ada penambahan jumlah personil pengamanan karena ada indikasi bijih timah yang berasal dari Wilayah Usaha Pertambangan PT TImah (Persero) Tbk, dijual oleh penambang kepada kolektor yang tidak melepaskan/menyerahkan/ menjual kembali  bijih timah tersebut kepada PT  Timah (Persero) Tbk.

Untuk sementara  “Perseroan mengambil langkah status quo sampai situasi benar-benar dinyatakan kondusif oleh pihak berwajib. Kegiatan pengawasan di lokasi tersebut juga dihentikan sementara waktu. Perseroan juga menghimbau kepada masyarakat agar tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab,” tegas Wirtsa.

Kepada Greenmining, Kamumas PT Timah (Persero) Tbk pun mengungkapkan permohonan maafnya kepada masyarakat.  Karena PT Timah (Persero) Tbk, tidak bisa membeli timah warga seperti harga yang ditawarkan oleh para kolektor.  Hal itu terjadi karena ada banyak variable yang harus diperhitungkan untuk menentukan harga beli timah oleh PT Timah (Persero) Tbk.  Misalnya saja, iuran IUP (ijin usaha pertambangan,) royalty, dana jaminan reklamasi dsb.

Sementara para kolektor tidak menanggung semua biaya tersebut.  Sehingga wajar jika kolektor bisa menawarkan harga yang lebih tinggi ketimbang harga yang ditawarkan oleh PT Timah (Persero) Tbk.  Lalu jika semua warga hanya menjual timah dari sisi harga yang ditawarkan saja.  Bagaimana nasib lingkungan Bangka Belitung paska penambangan?  Siapakah yang harus bertanggung jawab?

“Kedepan kami berharap dapat bersinergi dengan masyarakat penambang untuk menjaga aset negara ini agar dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat khususnya masyarakat Bangka Belitung” jelas Wirtsa.

sumber : Greenmining

pexels-photo-886465

Buku “Gurita Cikeas” Dijajakan Keliling

Buku “Gurita Cikeas” Dijajakan Keliling

Liputan6.com, Semarang: Setelah sulit dicari dan ramai diberitakan, buku “Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century” banyak diburu masyarakat. Pemandangan itu terlihat di Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (28/12). Mentek, pedagang buku keliling menjajakan buku karya George Junus Aditjondro itu di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jateng Jalan Pahlawan, Kota Semarang.

Mentek cuma membawa sepuluh buku dan langsung ludes. Ia berharap mendapat keuntungan lebih dari hasil penjualan buku seharga Rp 40 ribu dan Rp 50 ribu. Dari hasil penjualan Mentek mendapat 10 persen. Tak jelas siapa yang memerintahkannya menjual buku itu.

Sunu Fajar, seorang aktivis, mengaku tertarik membeli buku setebal 183 halaman itu untuk menambah referensi kasus Bank Century yang sedang marak. (AIS/YUS)

sumber : yahoo.com