REKLAMASI LAUT ALA KARANG LESTARI

REKLAMASI LAUT ALA KARANG LESTARI.

Reklamasi yang dilakukan tanpa melibatkan partisipasi masyarakat, bisa terancam gagal.  Padahal resikonya kembali berpulang kepada perusahaan yang melakukannya.

Begitu pun, reklamasi yang dilakukan di laut.  Selain dibutuhkan aplikasi teknologi yang tepat.  Juga harus memperhitungkan tingkat partisipasi masyarakat.  Misalnya untuk memulihkan kembali habitat terumbu karang.

Sebagai salah satu biota laut.  Baik yang hidup di laut dalam maupun dangkal.  Sangat mungkin rusak atau terganggu akibat aktivitas pertambangan.  Padahal terumbu karang menjadi tempat ideal bagi sejumlah ikan untuk hidup.

Tanpa pengetahuan yang memadai.  Mengenai hubungan ikan dan terumbu karang.  Kehadiran nelayan sebagai masyarakat yang hidup disekitar daerah penambangan menjadi sangat potensial untuk merusak terumbu karang yang sedang dikonservasi.

 

Sehingga proses edukasi untuk mengubah pengetahuan nelayan mengenai terumbu karang sangat penting dalam kegiatan reklamasi di laut.   Karena jika tidak, justeru akan membuat upaya reklamasi gagal total.

Reklamasi Laut Ala Karang Lestari

Di Bali, Karang Lestari sebuah organisasi yang konsern pada konservasi terumbu karang.  Berhasil memulihkan kembali kerusakan terumbu karang di Desa Pemuteran, dengan melibatkan partisipasi masyarakat setempat hingga pecalang laut (Polisi laut adat bali).

Hal ini penting menurut pimpinan Karang Lestari yang akrab disapa Gungwah.  Karena tanpa kesadaran dan partisipasi masyarakat setempat.  Upaya memulihkan terumbukarang akan sia-sia.

Sementara untuk aplikasi teknologinya, Karang lestari bekerja sama dengan sebuah organisasi yang disebut GCRA (Global Coral Reef Alliance) menerapkan teknologi yang disebut Biorock.  GCRA adalah  organisasi non profit yang sejak tahun 1990 mendedikasikan dirinya untuk pertumbuhan, perlindungan dan pengelolaan semua gangguan yang bisa mengancam kelangsungan ekosistem laut terutama terumbu karang.

GCRA sendiri merupakan wadah kerjasama dari relawan, ilmuan, penyelam dan pemerhati lingkungan yang memiliki komitmen terhadap pelestarian terumbukarang.  Melalui lembaga ini lah teknologi Biorock disebarluaskan.

Biorock

Teknologi Biorock atau biasa juga disebut teknologi penambahan mineral merupakan teknologi yang aman digunakan.  Awalnya, teknologi ini diciptakan oleh seorang arsitek, Wolf Hilbertz.  Ketika hendak mencari alternatif bahan bangunan.  Tetapi setelah ditemukan, Wolf Hilbertz dan Dr. Thomas J. Goreau pimpinan GCRA,  justeru bekerja sama mengembangkan penemuan tersebut untuk merestorasi terumbu karang dan perlindungan pantai.

Konstruksi Biorock terbuat dari logam yang dialiri arus listrik bertegangan rendah.  Karena adanya arus listrik ini.  Sejumlah mineral yang larut di dalam air laut menempel pada struktur konstruksi Biorock tersebut.  Proses rekayasa Biorock ini mirip dengan proses pembentukan terumbukarang dari kalsium karbonat secara alami.

Teknologi Biorock mampu mempercepat pertumbuhan terumbukarang pada daerah yang mengalami kerusakan dan mengembalikan habitat terumbukarang mendekati aslinya.

Bahkan pada daerah tertentu yang tidak memiliki jaringan listrik.  Teknologi Biorock tetap dapat digunakan.  Karena dilengkapi dengan teknologi pembangkit listrik yang menggunakan tenaga angin atau tenaga matahari.

Paska Tambang

Jika teknologi Biorock ini berhasil. Bukan tidak mungkin.  Lokasi bekas tambang bisa menjadi surga bagi para penikmat wisata bawah laut.  Dengan demikian.  Masyarakat sekitar bukan hanya akan meningkat kesejahteraannya sebagai nelayan.  Karena melimpahnya aneka jenis ikan di kawasan tersebut.  Melainkan bisa memperoleh pendapatan lain dengan berkembangnya pariwisata di daerah tersebut.

Tags: No tags

Leave Your Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *