Dalam proses desain produk baru, penting untuk memikirkan reaksi user. Nah, user acceptance test (UAT) adalah tahap yang tidak boleh dilewati di dalam proses ini.
Pasalnya, UAT dapat menentukan apakah sebuah produk sudah layak atau belum untuk masuk ke tahap launching.
Baik itu dari segi reaksi user maupun pengembangan software-nya.
Tertarik dengan dunia product management dan ingin tahu mengenai tahapan ini lebih dalam?
Yuk, simak lebih lanjut untuk mempelajari seluk-beluk UAT!
Pengertian User Acceptance Test (UAT)
Ketika membuat desain produk, salah satu pertimbangannya adalah pain points user yang ditargetkan.
Dilansir dari Wordstream, pain points merupakan permasalahan yang dialami oleh pelangganmu. Di dalam konteks ini, pelanggan tersebut adalah user yang menggunakan website atau aplikasimu.
Setelah mengetahui pain points pelanggan dan apa yang mereka butuhkan, tugas utama tim produk adalah menyelesaikan masalah tersebut.
Bagaimana caranya? Dengan mendesain produk yang menjadi solusi terhadap masalah mereka.
Nah, dilansir dari UserSnap, user acceptance testing (UAT) adalah proses pemeriksaan apakah solusi tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan user.
UAT biasanya berfokus kepada fungsionalitas software dan detail teknis lainnya yang nantinya akan digunakan oleh user.
Tipe-Tipe UAT
Setelah mengetahui pengertian UAT, berikut adalah penjelasan seputar lima tipe-tipenya yang disarikan dari TechTarget, UserSnap, dan Growth Hackers.
1. Alpha & Beta Testing
Tipe UAT yang pertama adalah Alpha & Beta testing.
Dilansir dari Geeks for Geeks, Alpha testing adalah uji coba software yang dilakukan untuk mencari bugs dan permasalahan lain sebelum produk tersebut dirilis ke publik.
Biasanya, Alpha testing dilakukan oleh staf internal dan masih berada di lingkup pengembangan software.
Di sisi lain, Beta testing adalah uji coba software oleh user yang memang menggunakan aplikasi atau website. Kurang lebih seperti tes lapangan.
Setelah uji coba tersebut, feedback yang diberikan akan menjadi bahan pengembangan software sampai menjadi optimal.
2. Contract Acceptance Testing
Contract Acceptance Testing adalah uji coba software yang didasarkan pada beberapa kriteria spesifik, seperti apa yang sudah disetujui di dalam kontrak.
Pada saat menyetujui kontrak, tim yang mengerjakan produk ini menentukan kriteria apa yang relevan dengan proyek yang akan dijalankan.
3. Regulation Acceptance Testing
Uji coba ini ditujukan untuk memastikan bahwa software yang sudah dikembangkan sesuai dengan peraturan tertentu, seperti hukum.
4. Operational Acceptance Testing
Tipe UAT yang selanjutnya adalah Operational Acceptance Testing yang juga dikenal dengan istilah Operational Readiness Testing dan Production Acceptance Testing.
Uji coba ini berfokus pada workflow yang memungkinkan sistem atau software untuk digunakan.
Operational Acceptance Testing mencakup workflow rencana cadangan, pelatihan user, berbagai macam proses maintenance, dan pemeriksaan keamanan.
5. Black Box Testing
Nah, Black Box Testing adalah tipe UAT yang biasanya dikategorikan sebagai uji coba fungsionalitas.
Di dalam uji coba ini, end-user akan menguji fungsi software tanpa melihat struktur kode internalnya.
Maksudnya adalah user yang menjalankan Black Box Testing hanya mengetahui apa yang seharusnya dilakukan oleh sebuah software, bukan cara melakukannya.
Dengan begitu, hasil tes akan menunjukkan apakah user dapat menggunakan software sebagaimana kegunaan awalnya.
Mengapa UAT Ini Penting?
Setelah mengetaui pengertian dan tipe-tipe UAT, mungkin kamu masih bertanya-tanya, “Mengapa tes ini penting?”.
Mempermudah kerja software developer
Salah satu alasan mengapa UAT penting adalah dalam proses ini, user baik dari pihak internal maupun user yang terpilih diberi kesempatan untuk menguji coba software sebelum peluncuran resmi.
Dari uji coba tersebut, tentu akan ada kritik dan saran dari pihak user.
Kritik dan saran tersebut mempermudah pihak software development, karena mereka bisa bekerja dan memperbaiki kesaahan berdasarkan dengan data riil yang tanpa bias.
Menyesuaikan dengan user
Dalam proses pengembangan software, tentu tujuan utamanya adalah membuat produk yang user friendly.
Hal ini sangat penting, karena pada akhirya user-lah yang menggunakan produk tersebut.
Maka dari itu, proses UAT melibatkan user yang memang akan menggunakan software atau mungkin sudah pernah menggunakannya.
Tujuannya adalah agar bisa diketahui apakah software sudah berfungsi semestinya, apakah mudah digunakan, atau justru mempersulit user.
Menghemat tenaga
Menghemat tenaga? Bagaimana bisa?
Ketika menjalankan UAT testing, tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada bug atau kesalahan yang tidak terlihat, apakah software mudah digunakan, dan sebagainya.
Ketika ini sudah diatasi di awal, kecil kemungkinannya akan ada permasalahan sama yang muncul lagi di kemudian hari.
Meskipun memang tetap harus ada maintenance dan pengembangan lagi nantinya, tetapi kamu jadi tidak perlu kerja dua kali dan user puas dengan software yang digunakan.
Win-win solution, kan?
Pasalnya, kesuksesan UAT juga menentukan apakah software yang dikembangkan sudah layak untuk diluncurkan secara komersil atau belum.
source : glints