Mengembangkan E-learning menggunakan lms (learning management system)
E-learning merupakan istilah yang generik dan luas yang menjelaskan tentang penggunaan berbagai teknologi elektronik untuk menyampaikan pembelajaran. Teknologi tersebut dapat berupa komputer, internet maupun intranet serta teknologi elektronik lain seperti audio/radio, dan video/televisi. E-learning merupakan sebuah sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang tidak terlepas dan berhubungan satu sama lainnya seperti: Lembaga Penyelenggara (Institusional Issue), Sistem Pengelolaan (Management Issue), Sistem Pembelajaran (Pedagogical Issue). Teknologi yang Digunakan (Technological Issue), Sistem Evaluasi (Evaluation Issue), Tampilan e-learning (Interface Design Issue). Layanan Bantuan Bahan Belajar dan Peserta (Resources Support Issue), dan Masalah Etika (Ethical Issue).
Model pengembangan e-learning dapat diklasifikasikan kedalam tiga bentuk atau model yaitu adjunct, mixed/blended, dan fully Online. Salah satu contoh model pembelajaran yang diterapkan dalam e-learning adalah Model ILDF atau Integrative Learning Design Framework (ILDF) yang dikembangkan oleh Dabbagh & bannan-Ritland (2003), dengan tiga tahapan yaitu: Eksplorasi, Penyusunan, dan Evaluasi.
Terdapat dua modus utama pembelajaran dalam e-learning, yaitu belajar mandiri dan belajar kelompok. Masing-masing terbagi kembali menjadi dua kategori. Belajar mandiri, diklasifikasikan menjadi dua, yaitu belajar mandiri secara Online dan belajar mandiri secara offline. Begitu juga dengan belajar kelompok, diklasifikasikan menjadi belajar kelompok secara sinkronous dan belajar kelompok secara asinkronous.
LMS merupakan software pendukung dalam pembelajaran online/e-learning yang memiliki kemampuan untuk memanajemen kelas secara online, seperti pengelolaan dalam memberi tugas, materi pelajaran, evaluasi/ulangan, dan lain sebagainya. LMS haruslah memiliki kemampuan yang dapat memberikan situasi pembelajaran seolah-olah siswa berada di kelas konvensional, padahal mereka sedang berada di virtual classroom. LMS juga dirancang semudah mungkin dalam pengoprasian siswa dan mampu member peluang siswa berunteraksi sosial dan melakukan pembelajaran secara kolaboratif. Contoh LMS yang sering digunakan adalah LMS Blackboard dan Moodle.
Pertimbangan cermat adalah hal pertama yang diberikan untuk mengidentifikasi bagaimana organisasi akan menggunakan LMS, sebelum mencocokan fungsionalitas produk terhadap persyaratan. Mengingat kesamaan penting antara LMS, penting untuk dipahami apa pertimbangan universitas atau lembaga yang telah diberikan kepada keputusan mereka terhadap LMS, dan apa informasi yang dapat mendukung universitas/lembaga sebagai bagian dari pengguna LMS. Proses pemasangan LMS di interner terdiri dari 3 tahap yaitu: menentukan situs penyedia dan nama situs (domain), situs untuk tempat hosting, dan Instalasi LMS.
Leave A Comment