POTENSI MINYAK BIJI KARET HASILKAN BIODISEL


oleh : Rama Prihandana & Roy Hendroko
Karet bukan tanaman asing bagi masyarakat Indonesia. Demam penanaman karet di Indonesai dimulai pada abad ke-19. Ketika itu para pedagang pesisir Sumatera dan Kalimantan yang singgah di Malaka tertarik dengan pembukaan perkebunan karet disana. Mereka kemudian membawa pulang biji-biji karet untuk ditanam di kampungnya.

Pada masa itu, penduduk umumnya membudidayakan karet sambil menanam padi. Jika tanah yang olah kurang subur, mereka pindah mencari lahan baru. Namun, mereka tetap memantau pertumbuhan karet yang telah ditanam secara berkala hingga dapat dipanen. Karena itu, sebagian besar perkebunan karet di Indonesia merupakan milik rakyat.

Tradisi menanam karet ini berlangsung hingga sekarang. Daerah yang merupakan pusat perkebunan karet nasional adalah Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan.Seperti komoditas lain, tinggi rendahnya harga karet menjadi insentif petani untuk memelihara tanaman karetnya. Sayangnya harga karet bersifat fluktuatif.

Ini semua membuat posisi karet alam kian sulit dan menjadi warning “kematian” masa depan karet alam. Adakah jalan keluar? petani karet miskin karena selama ini hasilnya hanya berorientasi pada getah. Padahal, bagian-bagian pohon karet bisa dimanfaatkan menjadi produk bernilai ekonomi. Kayunya misalnya, bisa dimanfaatkan untuk berbagai bahan perabotan atau mebeler.