Kartu Kredit “Chip”, Apa Tuh?

Kompas – Senin, 4 Januari
Kartu Kredit “Chip”, Apa Tuh?

JAKARTA, KOMPAS.com — Sosialisasi penggunaan kartu kredit berteknologi chip telah dilakukan, tetapi ternyata masih ada beberapa pengguna yang belum mengetahuinya.

Hal ini terungkap ketika Kompas.com, Minggu (3/1/2010), secara acak menanyakan hal ini kepada sejumlah pengunjung di pusat perbelanjaan di Jakarta. “Wah, sudah ada, ya? Saya malah belum tahu,” ujar Lisa, seorang pengunjung Plaza Semanggi, Minggu.

Lisa mengaku telah menjadi pelanggan bank penerbit kartu kredit berskala nasional selama setahun. Namun, ketika karyawan swasta ini mengeluarkan kartu kreditnya, barulah Lisa sadar bahwa kartu kredit miliknya telah berteknologi chip.

Selain Lisa, Yani pun mengaku belum mendapat sosialisasi aturan penggunaan kartu kredit berteknologi chip, sesuai Peraturan BI No 11/11/PBI/2009 tentang Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK). “Terus terang saya belum tahu. Saya sudah lama tidak membaca koran,” kata pengguna kartu kredit bank asing ini beralasan.

Namun, lagi-lagi, begitu dijelaskan, Yani baru menyadari bahwa kartu kreditnya telah dilengkapi teknologi chip.

Namun, ada juga pengguna yang telah mengetahui sosialisasi kartu ini. Hal ini diakui Yohanna dan Alex Tansil kepada secara terpisah. “Iya, sudah tahu. Saya sudah dikirimkan pengganti kartu kredit gesek (magnetic stripe) beberapa bulan yang lalu,” ujar Yohanna.

Yohanna, yang berprofesi sebagai sekretaris di salah satu perusahaan swasta di Jalan Rasuna Said ini, menambahkan, begitu kartu kredit chip digunakan, maka kartu kredit magnetik dari bank penerbit yang sama otomatis tidak dapat digunakan lagi.

Hal yang sama diungkapkan Alex. “Saya sudah tahu. Tapi per tanggal 1 Januari kemarin saya belum pernah pakai kartu kredit chip,” ujar Alex, seorang akuntan publik di sebuah kantor akuntan publik di bilangan Jenderal Sudirman, Jakarta.

Kartu kredit berteknologi chip, kendati proses transaksinya lebih lama, dipercaya dapat mencegah perusakan dan pemalsuan kartu alias fraud. Dengan teknologi chip, kartu kredit dimasukkan sedemikian rupa pada mesin khusus pembaca identitas chip bernama electronic data capture.

Aset BUMN di 2009 Capai Rp 2.000 Triliun

Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memproyeksikan aset seluruh perusahaan pelat merah bisa mencapai Rp 2.000 triliun di penghujung tahun 2009. Hingga saat ini, aset BUMN sudah mencapai Rp 1.800 triliun.

Menurut Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar, bagi sebuah korporasi, aset yang besar itu penting.

“Tapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana menata, mengelola, dan mengoptimalkan aset-aset tersebut sehingga menjadi nilai tambah bagi BUMN tersebut,” katanya dalam sambutannya saat peluncuran buku ‘BUMN Membangun Bangsa’ di kantor pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (29/10/2009) malam.

Ia mengatakan, dari tahun ke tahun, laba BUMN terus meningkat. Jika dibandingkan sejak periode awal Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I, maka terlihat lonjakan hingga 212 persen. Meski begitu, hingga tahun 2008 lalu masih ada sekitar 27 BUMN yang mengalami kerugian.

“Ada empat kebijakan untuk menangani BUMN rugi, yaitu restrukturisasi, akuisisi, merger, atau likuidasi,” katanya.

Dalam memori jabatan yang ditinggalkan mantan Menteri BUMN Sofyan Djalil, terdapat 14 prioritas agenda berkelanjutan, untuk pembinaan dan peningkatan kinerja BUMN ke depan.

“Rumusan itu sangat membantu saya untuk memetakan persoalan dan menyusun program kerja, baik untuk agenda 100 hari, maupun jangka menengah dan panjang,” tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, Mustafa juga berterima kasih kepada Sofyan karena dinilai sudah berhasil menciptakan kondisi yang mendukung, merumuskan berbagai kebijakan yang relevan serta meletakkan dasar yang kokoh bagi peningkatan kinerja BUMN ke depan.

“Dengan demikian saya memiliki modal yang besar dan penting untuk memajukan dan mengembangkan BUMN ke depan,” ujarnya.

Buku ‘BUMN Membangun Bangsa’ yang baru saja diluncurkan, merupakan inisiatif dari Kementerian Negara BUMN masa pemerintahan Sofyan Djalil sebagai Menteri Negara BUMN.

Buku yang merekam jejak peran dan kontribusi BUMN ini, dapat menjadi rujukan bagi siapa saja yang ingin memahami pembangunan nasional Indonesia, khususnya sektor perekonomian.

Buku ini memberi gambaran dari tahun ke tahun BUMN terus berproses, berbenah dan berubah, untuk mencapai kondisi yang lebih baik, dalam rangka mencapai visi dan misi, serta tujuan dan hakikat keberadaan BUMN.

 

sumber : detikcom – Jumat, Oktober 30

Tri Segera Ramaikan Persaingan Pasar Blackberry

Tri Segera Ramaikan Persaingan Pasar Blackberry

Surabaya (ANTARA) – Hutchison CP Telecommunications, operator telekomunikasi merek dagang 3 (Tri) dalam waktu dekat akan meluncurkan produk layanan BlackBerry untuk meramaikan persaingan pasar dalam negeri.

Deputy General Manager Pemasaran Produk Hutchison CP Telecommunications Indonesia, Hermansjah Haryono kepada wartawan di Surabaya, Kamis, mengatakan layanan BlackBerry sedang dalam tahap pematangan dan telah tercapai kesepakatan dengan produsen produk tersebut.

“Ada sejumlah skema paket layanan yang sedang disiapkan dan tentu berbeda dari yang ditawarkan operator lain. Soal kapan diluncurkan, tunggu saja tanggal mainnya,” katanya di sela-sela perkenalan program “bundling” Tri dengan produsen telepon seluler asal Hongkong “e-Touch”.

Didampingi GM Penjualan dan Distribusi Wilayah Surabaya Henry Panjaitan, Hermansjah mengakui pasar BlackBerry di Indonesia tumbuh sangat cepat dalam setahun terakhir dan potensinya juga masih sangat besar untuk digarap.

Saat ini, sejumlah operator telekomunikasi telah meluncurkan layanan tersebut, seperti Telkomsel, Indosat, Excelcomindo Pratama (XL), dan Axis. Masing-masing operator menawarkan beragam paket layanan untuk menggaet pelanggan.

Saat ini, total pelanggan BlackBerry dari semua operator mencapai lebih 500 ribuan orang. Telkomsel mengklaim memiliki pelanggan terbanyak yakni sekitar 180 ribu, diikuti Indosat dan XL.

“Kami tidak merasa ketinggalan dengan operator lain dan siap bersaing dengan keunggullan tersendiri. Masih banyak celah yang bisa digarap,” tambah Hermansjah.

Tri yang baru setahun terakhir beroperasi di Indonesia, saat ini telah memiliki lebih kurang 6,4 juta pelanggan dengan cakupan area 3.000 kecamatan yang tersebar di 21 provinsi.

Hermansjah menambahkan pihaknya saat ini fokus meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan dengan membangun lebih banyak BTS (Base Transceiver Station) di sejumlah wilayah, antara lain Palangkaraya dan Manado.

“Sampai akhir tahun ini, kami targetkan jumlah BTS sudah mencapai 9.000 unit dari yang ada sekarang sekitar 7.300 BTS,” katanya menambahkan.

 

sumber :  Antara – Jumat, Oktober 30