Gangguan Skizofrenia

Gangguan Skizofrenia

Adalah suatu deskripsi terhadap suatu sindroma dengan penyebab yang bervariasi (be­lum diketahui secara meyakinkan) dan per­jala-nan penyakit yang yang bervariasi luas (tidak selalu bersifat kronis ataupun dete­riorating), di-ser­tai sejumlah akibat yang ter­gantung pada perim­bangan pengaruh genetik, fisik dan so­sial.budaya.

Gangguan Skizofrenia pada umum­nya ditandai oleh pikiran dan persepsi pen­derita yang mengalami penyimpangan (dis­torsi) se-cara fundamental dan karakteristik. Afek pen­derita tampak tidak wajar (in­appropriate) atau tumpul (blunted). Secara kuan­titatif, kesadaran masih jernih (clear con­sciousness) dan kemam­puan intelektual biasa­nya masih terpelihara, walau­pun kemunduran kognitif tertentu dapat saja berkembang di kemudian hari.

Ada­pun pedoman yang digunakan untuk suatu proses diagnostik meliputi : · Gejala utama dibawah ini minimal ada satu, jika gejala utama tampil secara jelas, atau minimal dua (atau lebih) apa­bila gejala utama kurang tajam (kurang jelas). – Isi pikiran yang tidak memadai Isi pikiran tentang “dirinya sendiri” yang bergema/berulang-ulang muncul (thought of echo; tidak keras), dan isi pikiran ulangan, dengan isi yang sama namun berbeda kualitas.

Dapat ju­ga suatu proses berpikir dengan isi pi­kiran yang asing dari luar masuk ke­dalam pikirannya (thought in­sertion), atau sebaliknya, isi pikiran di­ambil keluar oleh sesuatu dari luar diri­nya (thought withdrawl). Pada pen­derita mungkin saja terjadi “tho­ught broadcasting”, isi pikirannya ter­siar keluar, sehingga orang lu­ar/umum mengetahui. – Waham Keyakinan tentang suatu isi pikiran ya­ng tidak sesuai dengan kenya­taannya atau tidak cocok dengan in­teli­gensi dan latar belakang kebuda­yaannya mes­kipun sudah dibuktikan hal itu mus­tahil. Keyakinan tentang dirinya yang diken­dalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar (delusion of control). Waham yang lain dapat be­rupa waham tentang dirinya yang di­pengaruhi oleh suatu kekuatan tetentu dari luar (delu­sion of influence), waham tentang diri­nya yang tidak berdaya dan pasrah pada kekuatan ter­tentu dari luar (delu­sion of pas­sivity), dapat pula berupa “delu­sional perception” suatu pengalaman inderawi yang tak wajar, yang ber­makna sangat khas bagi diri­nya, bi­asanya bersifat mistik atau muk­jizat.

Ten­tang “dirinya”, hal ini dimak­sudkan bahwasanya secara jelas hal ter­sebut merujuk ke pergerakan tu­buh/anggota gerak atau ke pikiran, tin­dakan atau penginderaan khusus. – Halusinas auditorik Suatu pencerapan tanpa adanya rang­sang apapun pada pancaindera pen­dengaran , yang terjadi dalam kea­daan sadar (terjaga). Dapat berupa su­ara halusinasi yang berkomentar se­cara terus menerus terhadap perilaku pasien atau mendiskusikan perihal pa­sien di antara mereka sendiri (di­antara ber­bagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

– Waham-waham menetap jenis lain­nya, yang menurut budaya setempat diang­gap tidak wajar dan sesuatu ya­ng mus-tahil, misalnya perihal ke­yakinan aga­ma atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (mi­sal­nya mampu meng­endalikan cua­ca, atau ber­komu­nikasi dengan ma­khluk asing dari dunia lain).

· Gejala tambahan ; paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

– Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang mau­pun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valu­ed ideas) yang menetap, atau apa­bila terjadi setiap hari selama ber­minggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus;

– Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (inter­polation), yang berakibat inkoherensi atau pem­bicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;

– Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tu­buh tertentu (posturing), atau fleksi­bilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor; – Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap yang sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menu­pul atau tidak wajar, biasanya ya­ng meng­akibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya ki­nerja sosial; tetapi harus jelas bah­wa semua hal tersebut tidak dise­babkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

· Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak ber­laku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal); · Harus ada suatu perubahan yang kon­sisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku (personal beha­viour), ber­manifestasi sebagai hilang­nya minat, hidup tidak bertujuan, tidak ber­buat se­suatu, sikap larut dalam diri sen­diri (self absorbed attitude), dan pena­rikan diri secara sosial. Pada penyakit ini harus ada suatu perubah yang konsisten dan bermakna dalam mutu ke­seluruhan aspek perilaku pribadi, ber­mani­festasi sebagai hilangnya minat, hidup tidak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, penarikan diri secara sosial.

Klasifikasi gangguan skizofrenia meng­gunakan kode lima karakter berikut:

F.20.XO Berkelanjutan

F.20.X1 Episodik dengan kemunduran pro­gresif

F.20.X2 Episodik dengan kemunduran stabil

F.20.X3 Episodik berulang

F.20.X4 Remisi tak sempurna

F.20.X5 Remisi sempurna ;

F.20.X8 Lainnya;

F.20.X9 Periode pengamatan kurang dari 1 tahun Pedoman Kriteria Diagnosa: § Harus ada sedikitnya 1 gangguan utama yang sangat jelas (biasanya 2 ge­jala/lebih kurang tajam /jelas); § Paling sedikit 2 gangguan lain harus selalu ada secara jelas; § Adanya gejala-gejala yang khas ber­langsung selama 1 bulan/lebih(tidak ber­laku untuk setiap fase non psikotik prodormal.

F.20.0 Skizofrenia Paranoid Gejala utama: Halusinasi/waham menonjol seperti mengancam pasien/memberi perintah tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit, mendengung atau bunyi tawa.

Gangguan afek­tif, dorongan kehendak dan pem­bicaraan,gejala katatonik rela­tive tidak nya­ta/tidak menonjol. Gejala tambahan: · Epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan; · Keadaan paranoid invo­lusi­onal

(F.22.8); · Paranoid

(F.22.0) Pedoman diagnostik Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia ditambah gangguan utama.

F.20.1 Skizofrenia Hebefrenik Gejala utama :

o Perilaku tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, manerisme, me­­nyendiri, hampa tu­ju­an atau pe­rasaan. o Afek dangkal dan tidakwajar, pe­rasaan puas, senyum sendiri,tinggi hati ung­kapan kata yang diulang dan disertai oleh cekikikan.

o Proses pikir mengalami disorganisasi, pembicaraan tidak menentu serta in­koheren Gejala tambahan : § Gangguan afektif, dorongan kehen­dak, dan proses pikir menonjol. § Halusinasi dan waham ada tapi tidak menonjol. § Adanya preokupasi dangkal yang bersifat dibuat-buat terutama yang bersifat abstrak Diagnosa Hebefrenik pertama kali diberikan pada usia remaja/dewasa muda (biasa usia 15-25 tahun)Kepribadian premorbid menunjukan ciri khas :pemalu dan senang menyendiri, namun tidak harus demikian untuk menen­tukan diagnosis.

F.20.2.Skizofrenia Katatonik Gejala utama : § Memiliki gambaran klinis stupor, gaduh-gelisah, menampilkan posisi tu­buh tertentu dan memper­tahankan­nya negatifisme, rigiditas, fleksi­bilitas cerea serta “command auto­matism” (kepa­tuhan secara otomatis ter­hadap pe­rintah) dan pengulangan kata serta kalimat. § Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan me­tabolik atau alkohol dan obat-obatan serta dapat ter­jadi pada gangguan afektif.

Pedoman Diagnostik : Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia dan terdapat 1/lebih dari gang­guan utama.Pada pasien yang tidak komuni­katif, diag­nosis skizofrenia harus di tunda sampai di­peroleh bukti yang memadai tentang gejala lain.

F.20.3.Skizofrenia Tak Terinci Pedoman diagnostik Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia. Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik. Ti­dak memenuhi untuk skizofrenia resi­du­al/depresi pasca skizofrenia

F.20.4 Depresi Pasca Skizofrenia Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode depresi Pedoman Diagnostik : * Pasien memenuhi kriteria skizofrenia selama 12 bulan terakhir ini. * Beberapa gejala skizofren tetap ada tetapi tidak lagi mendominasi gam­baran klinisnya. * Gejala gejala depresi menonjol dan meng­ganggu, memenuhi paling sedi­kit cri­teria episode depresif dalam kuru waktu paling sedikit 2 minggu

F.20.5 Skizofrenia Residual Pedoman diagnostik : * Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol, misalnya: perlambatan psi­ko­motorik dan aktifitas menurun. * Ada riwayat episode psikotik yang jelas dimasa lampau. * Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu 1 tahun dimana intensitas dan frekuensi telah sangat berkurang . * Tidak terdapat demensia /gangguan o­tak organik lain.

F.20.6 Skizofrenia Simpleks Gejala utama : Kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan sub tipe skizofrenia lainnya Pedoman diagnostik : Diagnosisnya tergantung pada pemantapan per­kembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari : Gejala “negative” yang khas dari skizofrenia re­sidual tanpa didahului riwayat halu­sina­si,,waham,atau manifestasi lain dari episode psi­kotik. Disertai perubahan-peru­bahan pe­rilaku pribadi yang bermakna, ke­hila­ng­an minat yang mencolok ,tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup dan menarik diri secara sosial

(APA, 1994; PPDGJ III, 1993; Sadock, 2000; Kandel, 1991; Kasper,1999; Lieberman, 1999)

sumber : Artikel Universitas Wisnuwardhana fakultas psikologi

Leave Your Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *